KEDIAMAN PEMIMPIN MYANMAR MENDAPATKAN SERANGAN BOM MOLOTOF
Terdengar sebuah kabar yang cukup mengejutkan, dimana sebuah bom Molotof masuk ke dalam rumah dari pemimpin Myanmar bernama Aung San Suu Kyi. Kediaman ini terletak di pinggir danau Yangon. Untunglah pada saat kejadian bom Molotof ini Suu Kyi sedang tidak berada di rumah tersebut.
"Memang benar itu adalah sebuah bom molotof." ungkap Zaw Htay selaku juru bicara dari pemerintahan Myanmar, kutipan dari kantor berita AFP. Kamis (01/02/2018).
Namun sungguh disayangkan, juru bicara tersebut tidak memberikan penjelasan yang akurat tentang kejadian bom molotof tersebut. Terkait motif dari dugaan atas penyerangan tersebut adalah, Karena di lokasi tersebut pemimpin Suu Kyi menjadi tahanan rumah dari rezim militer selama kurang lebih 15 tahun lamanya. Hingga terbebas pada tahun 2010 lalu.
Ketika kejadian pelemparan bom Molotof itu Suu Kyi sedang berada di daerah Naypyidaw. Saat itu dirinya sedang memberikan pidato untuk semua parlemen, untuk memperingati dua tahun pemerintahan partai yang di bangunnya.
Kejadian dari bom molotof ini hanya menimbulkan kerusakan ringan saja pada kediaman Suu Kyi. Padahal selama ini belum pernah ada penyerangan yang menargetkan icon demokrasi Myanmar Suu Kyi.
Penyerangan dari kejadian ini terjadi setelah Suu Kyi mendapatkan kritikan dari Komunitas Internasional. Atas kegagalan saat membela warga minoritas muslim Rohingya pada kota Rakhine. sekitar tujuh ratus ribu warna Rohingya pindah ke Bangladesh, dikarenakan operasi militer di kota Rakhine sejak bulan Agustus 2017 lalu. Dimana terjadi pemerkosaan, penyiksaan, pembakaran bahkan pembunuhan yang marak terjadi selama masa operasi militer Myanmar tersebut.
SUU KYI |
Penyerangan dari kejadian ini terjadi setelah Suu Kyi mendapatkan kritikan dari Komunitas Internasional. Atas kegagalan saat membela warga minoritas muslim Rohingya pada kota Rakhine. sekitar tujuh ratus ribu warna Rohingya pindah ke Bangladesh, dikarenakan operasi militer di kota Rakhine sejak bulan Agustus 2017 lalu. Dimana terjadi pemerkosaan, penyiksaan, pembakaran bahkan pembunuhan yang marak terjadi selama masa operasi militer Myanmar tersebut.