Friday, February 23, 2018

BASMI MALARIA ILMUAN JERMAN MENINGKATKAN PRODUKSI OBAT PENAWAR

BASMI MALARIA ILMUAN JERMAN MENINGKATKAN PRODUKSI OBAT PENAWAR


Sekumpulan ilmuwan Jerman sedang mengembangkan sebuah cara baru dalam membuat obat malaria karena beberapa tahun yang lalu kabar mengatakan pada hari Rabu kalau mereka telah menghasilkan sebuah teknik untuk membuat prosesnya lebih efisien dan cepat, yang seharusnya dapat meningkatkan hingga akses global dan mengurangi jumlah biaya.

Prosedur baru ini merupakan hasil penyempurnaan dari metode yang pernah dikembangkan pada tahun 2012 di Max Planck Institute untuk menggunakan produk limbah dari produksi artemisinin, yang diambil dari tanaman yang dikenal sebagai apsintus manis, untuk menghasilkan obat itu sendiri. Itu melibatkan mesin baru yang bisa mengubah sekitar 40 persen asam bor menjadi artemisinin itu sendiri, menghasilkan lebih banyak obat dari apa yang dulu telah dibuang.

Prosedur baru menggunakan klorofil tanaman itu sendiri, bukan bahan kimia tambahan sebagai katalis untuk mendorong reaksi, langsung menggunakan bahan mentah untuk menghasilkan obat lebih efisien, kata ahli kimia Kerry Gilmore.

"Kita bisa mendapatkan lebih banyak dari tanaman daripada sebelumnya," katanya. "Proses yang kita miliki sekarang lebih efisien dan jauh lebih murah dari pada tahun 2012."

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan pada bulan November bahwa ada sekitar 216 juta kasus orang terjangkit malaria di seluruh dunia tahun 2016, telah meningkat 5 juta korban dari tahun 2015, dan 445.000 diantaranya merupakan orang meninggal karena penyakit malaria ini, terutama korbannya adalah anak-anak. Terapi berbasis Artemisinin dianggap sebagai pengobatan terbaik, namun seringkali menghabiskan biaya terlalu banyak untuk masyarakat miskin yang terkena malaria.

"Perkembangan ini berpotensi untuk menyelamatkan jutaan nyawa dengan meningkatkan akses global dan mengurangi biaya pengobatan anti-malaria," Peter Seeberger, direktur unit Max Planck Institute yang menangani masalah ini.

Para peneliti bekerja sama dengan AS. negara bagian Kentucky dalam sebuah proyek percontohan untuk memulai operasi di mana apsintus manis dibudidayakan di ribuan hektar dan kemudian diproses di situs tersebut menjadi obat anti-malaria. Sasarannya adalah memilikinya beroperasi dalam tiga tahun, kata Gilmore.

"Kami akan memiliki seluruh rantai pasokan di bawah satu atap, pergi dari pabrik ke pil," katanya.